Minggu, 30 Juni 2013

SEJARAH Supply Chain Management



SEJARAH Supply Chain Management

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT atau MANAJEMEN RANTAI SUPLAI adalah sebuah rangkaian proses yang mengalirkan pasokan produk-produk yang disediakan oleh para produsen kepada para konsumen untuk memenuhi kebutuhan mereka atas produk-produk tersebut.

Berikut Adalah Poin-poin Sejarah Akan Perkembangan Supply Chain Management
Dari Awal Bermula Hingga Sekarang

1.      Supply Chain Management ternyata telah dikenal oleh masyarakat sejak berabad-abad yang lalu. Tentu saja pada awal kemunculannya, sistim tersebut tidak dikenal dengan nama Supply Chain Management, melainkan dengan istilah-istilah lain. Untuk memperkuat argumen ini, buktinya adalah dengan ditemukannya kata logistik pada sebuah naskah tulisan pada awal era literature, yakni pada tahun 1890an.
2.      Kemudian, pada sekitar tahun 1927, mulai dikembangkan sebuah sistim produksi masal untuk suatu produk. Hal ini merupakan salah satu strategi dalam Supply Chain Management untuk meningkatkan keuntungan yang diperoleh lewat efisiensi produksi.
3.      Metode untuk meningkatkan efisiensi distribusi juga mulai dikembangkan dengan dipatenkannya sistim barcoding pada sekitar tahun 1952 oleh Norman Woodland dan Bernard Silver di Amerika Serikat. Selanjutnya, pada tahun 1961 Gene Thomas juga mulai mengembangkan sistim perencanaan kebutuhan material untuk produksi (Bill of Material) atau yang saat ini kita kenal sebagai Material Requirement Planning (MRP).
4.      Pada tahun 1963, dibentuklah sebuah lembaga manajemen logistik dengan nama National Council of Physical Distribution Management. Lembaga tersebut kini dikenal dengan nama Council of Logistics Management (CLM). Lalu pada tahun 1969, beberapa ahli mulai mengembangkan bentuk awal dari hubungan pelanggan dengan penyedia produk yang dikenal dengan CSR (Customer Supplier Relationship).
5.      Pada tahun 1980an, perkembangan Supply Chain Management mulai maju pesat seiring dengan informasi teknologi yang juga berkembang. Hal ini ditunjukan dengan mulai banyaknya produsen atau perusahaan yang memiliki manejer rantai suplai untuk memaksimalkan bisnis yang dijalankan, yaitu memastikan kelancaran distribusi produk mulai dari penyedia bahan baku, produksi, hingga distribusi ke tangan konsumen.
6.      Lalu pada tahun-tahun berikutnya persaingan perindustrian menjadi semakin ketat seiring dengan kesadaran para produsen akan pentingnya penerapan Supply Chain Management. Semua produsen pun mulai berlomba untuk mengembangkan strategi yang paling handal untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas rangkaian proses yang dilakukan, mulai dari persiapan bahan baku hingga penyaluran produk pada konsumen.
7.      Pada tahun 1982, istilah Supply Chain Management untuk menyebut rangkaian proses dari hulu ke hilir itu mulai diperkenalkan oleh Weber dan Oliver. Lalu hanya dua tahun berselang, yakni pada tahun 1984, Jeff Cox dan Eliyahu Goldratt memperkenalkan konsep yang disebut dengan Theory of Constraints di dalam buku yang berjudul The Goal.
8.      Analisis terhadap rantai pasokan (Supply Chain) berskala penuh pertama kali dilakukan oleh asosiasi Kurt Salmon pada tahun 1985 untuk industri apparel dan textil. Di tahun yang sama Dean Wise dan Ken Ackerman membuat makalah tentang konsep 3PL (3th Party Logistics).
9.      Pada tahun 1990, ERP (Enterprise Resource Planning) mulai diperkenalkan. Ini sebetulnya merupakan pengembangan sistim yang telah diperkenalkan sebelumnya, yakni pada tahun 1960 yang bernama EDI (Electronic Data Interchange).
10.  Pada tahun 1991, Keunggulan menggunakan Supply Chain Management dibuktikan oleh Military Logistics Community yang sukses mendukung operasi Desert Strom oleh tentara sekutu ke Iraq. Pengaturan rantai pasokan untuk logistik militer yang sangat baik dalam operasi militer di Iraq tersebut menjadi salah satu poin pendukung utama kesuksesan tentara sekutu dalam operasi tersebut.
11.  Pada tahun 1993, jurnal ECR atau Efficient Consumer Response mulai dipublikasikan Andy Wood. Selanjutnya teori-teori dari para ahli juga terus dikembangkan dan dipraktekan oleh para produsen yang bersaing semakin ketat dalam penggunaan Supply Chain Management di perusahaan-perusahaan mereka.
12.  Selanjutnya memasuki era milenium yang kedua, yakni pada tahun 2001, Green House Supply Chain mulai dikembangkan. Hal ini merupakan salah satu bentuk kepedulian bersama terhadap kondisi bumi yang terus berubah akibat berbagai macam pencemaran.
13.  Setelah itu, strategi-strategi dalam Supply Chain Management terus berkembang lebih pesat atas dukungan dari perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat pula berkembang.
14.  Kemudian baru-baru ini, Obama Administration mengumumkan strategi nasional untuk keamanan rantai supai global dengan tujuan untuk meminimalisir dampak dari berbagai macam resiko yang dapat terjadi.
15.  Rantai suplai ini menjadi sangat penting karena menyangkut keterlibatan banyak pihak penting, diantaranya yaitu :
1.suplier bahan baku,
2.produsen,
3.distributor,
4.pengecer,
5.dan juga konsumen
 yang akan mendukung kelancaran proses perindustrian.


Dapat Disimpulkan Juga Bahwa Teori-teori Yang Tercipta Dan Digunakan Dari Zaman Ke Zaman Merupakan Pengembangan Yang Dilakukan Untuk Menyesuaikan Dengan Perkembangan Atau Iklim Bisnis Yang Terus Berubah Dari Masa Ke Masa




Referensi artikel:


Pelayaran Jarak Dekat Menekan Biaya Logistik

Industri pelabuhan dan pelayaran di Indonesia masih dibekap problem pelik. Tingginya biaya logistik akibat belum terintegerasinya antarpelabuhan, membuat biaya operasional tinggi. Persoalan biaya bakal makin memberatkan pengusaha setelah ada wacana kenaikan jasa pelabuhan pascakenaikan harga BBM.

Sebenarnya, untuk mengatasi tingginya biaya pelabuhan, pemerintah telah membuat program Pendulum Nusantara yang mengintegrasikan enam pelabuhan di enam wilayah untuk mendukung logistik lebih efektif dan efisien. Enam pelabuhan tersebut adalah Belawan, Batam, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar, dan Sorong.

Jika konsep Pendulum Nusantara ini berjalan baik, biaya logistik yang selama ini mengambil 30 persen total biaya produksi dapat turun menjadi 10 persen.
Pengamat Transportasi, Yamin Jingca, mengakui bahwa mahalnya biaya logistik disebabkan 3 faktor, yakin muatan, kapal, pelabuhan, dan infrastruktur. Dengan konsep ini, harga berbagai barang elektronik dan bahan bangunan di Indonesia bagian timur tidak akan berbeda jauh dengan Jakarta. "Konsep Pendulum Nusantara atau pengintegrasian antarpelabuhan akan mampu menekan biaya logistik," katanya.

Sementara itu, untuk meningkatkan konektivitas sekaligus menekan tingginya biaya logistik untuk pulau kecil di pelosok Tanah Air, dapat dilakukan dengan menggunakan pelayaran jarak dekat (short sea shipping).

"Short sea shipping ini dapat digunakan untuk mengurangi beban jalan yang saat ini sudah pada ambang yang mengkahawatirkan, khususnya di jalur-jalur padat, seperti Pantai Utara Pulau Jawa (Pantura)," kata Wakil Ketua Umum Kadin bidang perdagangan, distribusi dan logistik, Natsir Mansyur, di Jakarta, belum lama ini.

Namun yang menjadi masalah, penggunaan short sea shipping adalah ketersedian kapal dan infrasrtuktur, seperti pelabuhan. Untuk mengatasi masalah ini, Kadin telah berupaya mengatasi membantu pemerintah.

Dikatakan Natsir, Kadin berencana akan mengimpor 2.500 kapal kecil senilai 15 triliun rupiah dari China dalam jangka waktu lima tahun ke depan. "Sedangkan untuk pelabuhan ada sekitar 40 pelabuhan yang mesti dipersiapkan pemerintah. Pembangunan pelabuhan ini bisa tambah pelabuhan baru, bisa juga renovasi pelabuhan lama jadi baru lagi," katanya.

Untuk di Pantura sendiri, kata Natsir, sejak lalu, pihaknya telah mengusulkan kepada pemerintah agar memaksimalkan short sea shipping ini. Dengan menghidupkan maritime base di Indonesia, ini dapat mengurangi beban jalur pantura, beban tanah, dan investasi.

Natsir menjelaskan pihaknya mengusulkan pengalihan truk agar dapat mengurangi beban jalan raya dari Surabaya hingga Lampung. Dengan menggunakan angkutan barang, jalur laut lebih akan murah karena dapat menghindari pungli, seperti yang terjadi di jalur darat.

Pengalihan truk menggunakan angkutan laut di jalur Pantura dapat disambungkan dengan penyeberangan menuju wilayah Sumatra menggunakan kapal roro dari pelabuhan Merak–Bakauheni.
Sementara itu, Kepala Pusat Pengkajian Logistik dan Rantai Pasok Institut Teknologi Bandung, Senator Nur Bahagia. mengatakan Pemerintah perlu mengalihkan penggunaan transportasi darat ke angkutan laut bagi truk barang guna menekan tingginya biaya logistik di Indonesia.

"Bila pemerintah tidak segera mengatasi multiplier effect yang selalu terjadi ketika harga bahan bakar minyak dinaikkan, kontribusi biaya logistik terhadap produk domestik bruto akan meningkat dari tahun ke tahun," katanya.

Pemerintah, kata Senator, perlu memanfaatkan pola pengiriman barang menggunakan sistem short sea shipping yang telah ditetapkan dalam sistem logistik nasional (Sislognas).
Pengiriman barang dari Jakarta menuju sejumlah daerah yang selama ini menggunakan jalur darat seperti melalui jalur pantura Jawa harus segera dialihkan menggunakan angkutan laut. Penggunaan angkutan laut dapat memberikan dua keuntungan, yaitu tidak terpengaruh dengan biaya solar karena kapal menggunakan bahan bakar minyak jenis solar nonsubsidi.

Menurutnya, truk yang memuat beberapa barang, seperti besi baja dan pupuk, sebaiknya dialihkan menggunakan jalur laut sehingga mengurangi beban jalan raya.
"Yang berat-berat itu harus segera dialihkan menggunakan short sea shipping, dari pada setiap tahun menghabiskan anggaran triliunan memperbaiki jalan raya," katanya.


Sumber : http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/122882